Monday, 9 September 2013

Ratusan Aktivis Remaja se-Nusantara Dikader Jadi Pahlawan Masa Kini




Ratusan Aktivis Remaja se-Nusantara Dikader Jadi Pahlawan Masa Kini






Tawarkan Solusi Krisis Kepemimpinan,
Lazuardi Birru Ajak 358 Aktivis Remaja se-Nusantara Jadi Pahlawan Masa Kini
Jakarta, Rabu 3 September 2013 – Di tengah krisis kepemimpinan dan makin sulit ditemukannya figur-figur negarawan teladan bangsa, Lazuardi Birru menyelenggarakan Birru Youth Training: Inspiring Future Leader for Peace yang diikuti 358 siswa dan santri dari 34 provinsi di Indonesia. Acara ini diselenggarakan untuk mengkader para calon pemimpin muda Indonesia masa depan agar menjadi pahlawan-pahlawan masa kini yang siap berkontribusi untuk memajukan bangsa.
“Sejujurnya, sangat sulit bagi Lazuardi Birru menemukan tokoh yang tepat, pahlawan masa kini yang dapat menjadi inspirasi bagi kalian semua, 358 calon pemimpin muda Indonesia masa depan. Ada beberapa tokoh yang sempat terlintas, namun dimensi politis kadang-kadang terlihat begitu kental,” kata Dhyah saat menyampaikan orasi yang dibacakan dengan gaya deklamasi pada pembukaan pelatihan di Aula Pandanwangi, Taman Wisata Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (3/9).
Hal inilah yang mendorong Lazuardi Birru untuk mengumpulkan remaja dari berbagai provinsi yang memiliki latar belakang suku, etnis, dan budaya yang berbeda, berkumpul dalam satu ruangan dan saling menjalin persahabatan. “Ini seperti miniatur Indonesia. Saya berharap pengalaman selama beberapa hari training menjadi pengalaman berharga sebagai bekal hidup kalian nantinya,” ujar Dhyah di depan para peserta yang mengenakan pakaian pahlawan/adat dari masing-masing daerah.
Menurut dia setiap orang memiliki pendapat tentang makna dan kriteria pahlawan masa kini. Para pelajar yang merupakan calon intelektual muda dan pemimpin bangsa tentu ke depan bisa menjadi sosok pahlawan masa kini. Namun, gelar pahlawan saat ini seolah mudah sekali diberikan pada seseorang meski dia belum layak karena sarat muatan politis.
Dhyah menegaskan, pahlawan sejati adalah mereka yang dapat memberikan inspirasi kepada orang lain; setia kepada nilai-nilai universal seperti kebenaran, kebaikan, dan kedamaian; serta memiliki kecintaan kepada bangsa dan negara.
“Arti pahlawan masa kini rupanya bisa multitafsir. Sulit untuk menyebutkan dengan pasti kriteria pahlawan masa kini. Namun, yang pasti  pahlawan adalah orang yang sangat mencintai bangsa dan negaranya secara otentik. Ia juga orang yang memahami Indonesia secara utuh, mencintai Pancasila dan menjalankannya secara otentik. Memang terdengar klise, tapi hal tersebut sangat mendasar sekali dan tak bisa bergeser,” katanya.
Menurut Dhyah yang harus digarisbawahi dari sosok pahlawan masa kini adalah betapa pun kecil sumbangan kita, asal melakukan sesuatu yang tulus sebagai bukti kecintaan kepada Indonesia, sosok itu layak disebut pahlawan. Anak muda pun bisa menjadi pahlawan lewat kemauan dan kemampuannya terus berkarya bagi bangsa.
Pahlawan masa kini yang diharapkan muncul adalah mereka yang mengenali secara baik dan tulus mencintai bangsa Indonesia. Mereka yang terus-menerus membangun bangsa ini menjadi bangsa bermartabat dan berdaulat. Tanpa ia mengenali secara utuh dan baik bangsa ini, ia akan ’gagap’ ketika ’berbicara’.
“Jelaslah, pahlawan masa kini adalah setiap orang yang mencintai bangsa Indonesia yang penuh keragaman dan kaya potensi serta mau bekerja keras untuk memberikan yang terbaik bagi bangsanya. Saya yakin dan percaya bahwa kalian adalah anak-anak muda yang mencintai negeri ini dengan bersahaja dan tanpa pamrih. Kalian semua akan menjadi pahlawan bagi Indonesia dengan menuai benih-benih perdamaian di setiap hati  Indonesia dan insan di belahan bumi manapun,” tambahnya.
Birru Youth Training tahun ini merupakan yang kelima sejak pertama kali diselenggarakan tahun 2009. Hingga kini lebih dari 1.500 siswa dan santri dari berbagai daerah di Indonesia telah menerima manfaat dari kegiatan ini. Acara ini terselenggara atas kerjasama Lazuardi Birru dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Agama, 23 Journey, Ladang Media, dan JPRMI Bandung.
Pembukaan acara ini dilakukan dengan bersama-sama memainkan alat musik Angklung, dipandu oleh para seniman dari Pusat Kebudayaan Musik Tradisional Angklung Saung Udjo. Permainan angklung sangat meriah dan berkesan bagi para peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. “Saya sangat bangga bisa memainkan alat musik angklung. Walaupun baru memegang angklung, tapi karena dilakukan bersama-sama saya bisa. Artinya kalau bersama kita bisa,” kata Muhamad Nuri, peserta dari Kalimantan Tengah.
Malam pembukaan berlangsung sangat meriah dan penuh gelora kebangsaan. Dengan balutan kostum pakaian perjuangan pahlawan, gelora nasionalisme dan semangat kebangsaan para peserta tampak begitu menggelora. Hal ini mengingatkan semua peseta akan perjuangan pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan tanpa memandang agama, suku, ras, maupun budaya.
Dalam acara ini juga akan ditampilkan ragam tarian tradisional seperti Tari Saman, Tari Legong, dan Tari Sajojo. Penampilan tari dari berbagai daerah itu akan membuka wawasan peserta bahwa keragaman yang ada Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa dan bukti keharmonisan masyarakatnya. Bukan hanya musik dan tari tradisional, sebagai bentuk ekspresi anak muda, pantia juga akan menyajikan Musik Anak Bangsa dengan menampikan Tresno Tipe-X feat Orind Band, Gradasi, dan Birru Band.
Di akhir acara, para peserta akan membacakan deklarasi perdamaian sebagai bentuk komitmen mereka untuk mewujudkan kebhinekaan atas dasar toleransi. Usai kegiatan, mereka akan membentuk Komunitas Duta Perdamaian. Para duta perdamaian inilah yang akan membentuk komunitas perdamaian di daerah masing-masing dengan bekal materi yang diterima selama mengikuti pelatihan.***IFP