Ratusan Aktivis Remaja se-Nusantara Dikader Jadi Pahlawan Masa Kini | ||
---|---|---|
Tawarkan Solusi Krisis Kepemimpinan,
Lazuardi Birru Ajak 358 Aktivis Remaja se-Nusantara Jadi Pahlawan Masa Kini
Jakarta, Rabu 3 September 2013 – Di
tengah krisis kepemimpinan dan makin sulit ditemukannya figur-figur
negarawan teladan bangsa, Lazuardi Birru menyelenggarakan Birru Youth Training: Inspiring Future Leader for Peace
yang diikuti 358 siswa dan santri dari 34 provinsi di Indonesia. Acara
ini diselenggarakan untuk mengkader para calon pemimpin muda Indonesia
masa depan agar menjadi pahlawan-pahlawan masa kini yang siap
berkontribusi untuk memajukan bangsa.
“Sejujurnya,
sangat sulit bagi Lazuardi Birru menemukan tokoh yang tepat, pahlawan
masa kini yang dapat menjadi inspirasi bagi kalian semua, 358 calon
pemimpin muda Indonesia masa depan. Ada beberapa tokoh yang sempat
terlintas, namun dimensi politis kadang-kadang terlihat begitu kental,”
kata Dhyah saat menyampaikan orasi yang dibacakan dengan gaya deklamasi
pada pembukaan pelatihan di Aula Pandanwangi, Taman Wisata Wiladatika,
Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (3/9).
Hal
inilah yang mendorong Lazuardi Birru untuk mengumpulkan remaja dari
berbagai provinsi yang memiliki latar belakang suku, etnis, dan budaya
yang berbeda, berkumpul dalam satu ruangan dan saling menjalin
persahabatan. “Ini seperti miniatur Indonesia. Saya berharap pengalaman
selama beberapa hari training menjadi pengalaman berharga sebagai bekal
hidup kalian nantinya,” ujar Dhyah di depan para peserta yang mengenakan
pakaian pahlawan/adat dari masing-masing daerah.
Menurut
dia setiap orang memiliki pendapat tentang makna dan kriteria pahlawan
masa kini. Para pelajar yang merupakan calon intelektual muda dan
pemimpin bangsa tentu ke depan bisa menjadi sosok pahlawan masa kini.
Namun, gelar pahlawan saat ini seolah mudah sekali diberikan pada
seseorang meski dia belum layak karena sarat muatan politis.
Dhyah
menegaskan, pahlawan sejati adalah mereka yang dapat memberikan
inspirasi kepada orang lain; setia kepada nilai-nilai universal seperti
kebenaran, kebaikan, dan kedamaian; serta memiliki kecintaan kepada
bangsa dan negara.
“Arti
pahlawan masa kini rupanya bisa multitafsir. Sulit untuk menyebutkan
dengan pasti kriteria pahlawan masa kini. Namun, yang pasti pahlawan
adalah orang yang sangat mencintai bangsa dan negaranya secara otentik.
Ia juga orang yang memahami Indonesia secara utuh, mencintai Pancasila
dan menjalankannya secara otentik. Memang terdengar klise, tapi hal
tersebut sangat mendasar sekali dan tak bisa bergeser,” katanya.
Menurut
Dhyah yang harus digarisbawahi dari sosok pahlawan masa kini adalah
betapa pun kecil sumbangan kita, asal melakukan sesuatu yang tulus
sebagai bukti kecintaan kepada Indonesia, sosok itu layak disebut
pahlawan. Anak muda pun bisa menjadi pahlawan lewat kemauan dan
kemampuannya terus berkarya bagi bangsa.
Pahlawan
masa kini yang diharapkan muncul adalah mereka yang mengenali secara
baik dan tulus mencintai bangsa Indonesia. Mereka yang terus-menerus
membangun bangsa ini menjadi bangsa bermartabat dan berdaulat. Tanpa ia
mengenali secara utuh dan baik bangsa ini, ia akan ’gagap’ ketika
’berbicara’.
“Jelaslah,
pahlawan masa kini adalah setiap orang yang mencintai bangsa Indonesia
yang penuh keragaman dan kaya potensi serta mau bekerja keras untuk
memberikan yang terbaik bagi bangsanya. Saya yakin dan percaya bahwa
kalian adalah anak-anak muda yang mencintai negeri ini dengan bersahaja
dan tanpa pamrih. Kalian semua akan menjadi pahlawan bagi Indonesia
dengan menuai benih-benih perdamaian di setiap hati Indonesia dan insan
di belahan bumi manapun,” tambahnya.
Birru Youth Training
tahun ini merupakan yang kelima sejak pertama kali diselenggarakan
tahun 2009. Hingga kini lebih dari 1.500 siswa dan santri dari berbagai
daerah di Indonesia telah menerima manfaat dari kegiatan ini. Acara ini
terselenggara atas kerjasama Lazuardi Birru dengan Kementerian Pemuda
dan Olahraga, Kementerian Agama, 23 Journey, Ladang Media, dan JPRMI
Bandung.
Pembukaan
acara ini dilakukan dengan bersama-sama memainkan alat musik Angklung,
dipandu oleh para seniman dari Pusat Kebudayaan Musik Tradisional
Angklung Saung Udjo. Permainan angklung sangat meriah dan berkesan bagi
para peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. “Saya
sangat bangga bisa memainkan alat musik angklung. Walaupun baru memegang
angklung, tapi karena dilakukan bersama-sama saya bisa. Artinya kalau
bersama kita bisa,” kata Muhamad Nuri, peserta dari Kalimantan Tengah.
Malam
pembukaan berlangsung sangat meriah dan penuh gelora kebangsaan. Dengan
balutan kostum pakaian perjuangan pahlawan, gelora nasionalisme dan
semangat kebangsaan para peserta tampak begitu menggelora. Hal ini
mengingatkan semua peseta akan perjuangan pahlawan dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan tanpa memandang agama, suku, ras, maupun
budaya.
Dalam
acara ini juga akan ditampilkan ragam tarian tradisional seperti Tari
Saman, Tari Legong, dan Tari Sajojo. Penampilan tari dari berbagai
daerah itu akan membuka wawasan peserta bahwa keragaman yang ada
Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa dan bukti keharmonisan
masyarakatnya. Bukan hanya musik dan tari tradisional, sebagai bentuk
ekspresi anak muda, pantia juga akan menyajikan Musik Anak Bangsa dengan
menampikan Tresno Tipe-X feat Orind Band, Gradasi, dan Birru Band.
Di
akhir acara, para peserta akan membacakan deklarasi perdamaian sebagai
bentuk komitmen mereka untuk mewujudkan kebhinekaan atas dasar
toleransi. Usai kegiatan, mereka akan membentuk Komunitas Duta
Perdamaian. Para duta perdamaian inilah yang akan membentuk komunitas
perdamaian di daerah masing-masing dengan bekal materi yang diterima
selama mengikuti pelatihan.***IFP
|